cover-secac

Secac International Cartoon Exhibition

Perlawanan dalam Senyap

Oleh Darminto M Sudarmo

Ketidakadilan dan ketidakberesan masalah politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang terjadi di setiap negara, selalu mengusik para kartunis dari negara yang bersangkutan. Rasa terusik itu tercermin dalam ratusan kartun karya setidaknya 340 kartunis dari 64 negara – termasuk Indonesia —  pada pameran bertajuk “Secac International Cartoon Exhibition” yang diselenggarakan pada 29-30 Oktober 2016 di Semarang, Jawa Tengah.

Pengunjung dapat menyimak kartun dalam berbagai ekspresi dan pesan mereka lewat pajangan gambar di panel yang berjejer maupun di layar monitor yang selalu berganti tampilan secara otomatis setiap beberapa detik, di ruang pameran aula Wisma Perdamaian.

Rasa terusik kartunis oleh ketidakadilan dan ketidakberesan yang terjadi di sekitarnya atau dalam kehidupan sehari-hari, membuat mereka tak tahan untuk tidak melakukan perlawanan. Perlawanan ala kartunis, tentu saja. Perlawanan yang khas dan unik. Diekspresikan dalam bentuk agresi (satire), namun tak kurang pula yang tertuang dalam bentuk lelucon sosial universal (gag).

Perlawanan atau serangan atau kritik, seperti lazimnya, disampaikan secara menyelinap, dibungkus humor sehingga situasinya terkesan cair. Bukan lewat orasi, demo atau teriak-teriak di jalan, tetapi justru disampaikan secara elegan dan senyap; yaitu lewat goresan pensil (spidol) disertai kata-kata, bila diperlukan,  di lembaran kertas atau kanvas.

Lembaran kertas atau kanvas yang sebelumnya tampak biasa-biasa saja, akan menjadi berbeda ketika ia ditata dan dikemas dalam porsi layak pajang. Situasi berisik atau sedikit kegaduhan akan segera muncul setelah kartun-kartun itu dipublikasikan di ruang publik, khususnya dalam forum eksibisi. Interaksi antara gambar kartun yang dipamerkan dan pengunjung yang mencermati, dapat berlangsung sangat spontan. Reaksi pengunjung dalam bentuk senyum simpul atau ketawa ngakak, bukan pemandangan yang aneh. Bahkan pengunjung yang terlihat menahan nafas karena bingung atau “merenung” dalam hati sulit dibedakan lagi.

Produk Intelektual

Seperti kita ketahui, karya kartun, terutama adalah produk intelektual. Kekayaan wawasan, kecakapan dalam mencerna dan menganalisa karya sangat menentukan cepat atau lambatnya komunikasi yang terjadi antara kartun dan penikmatnya. Penikmat kartun muda usia, umumnya lebih menyukai kartun yang memuat pesan secara langsung dan menohok (slapstick). Berbeda dengan penikmat usia matang, mereka lebih menyukai kartun-kartun yang kandungan pesannya rumit dan menantang berpikir.

gm-sudarta-polis

Kartun GM Sudarta yang menampilkan seorang polisi sedang bermain kartu dengan seorang narapidana, seperti memuat pesan yang amat menyelinap. Apalagi dalam kartun tersebut digambarkan, sepatu, kaos kaki dan celana sang polisi sudah berpindah atau bertukar tempat dan menjadi milik sang narapidana.

jitet-koestana-jendral

Kartun GM Sudarta ini seperti bersambung temali dengan kartun Jitet Koestana – sayang tidak ditampilkan dalam pameran – yang menggambarkan seorang jenderal semeja makan dengan seorang prajurit. Pemandangan menjadi sangat kontras ketika di piring sang jenderal terlihat segeluntung burung dara goreng, sementara di piring sang prajurit hanya sepotong paha dara goreng. Sebuah kontradiksi sekaligus anomali yang bukan mustahil terjadi dalam kenyataan sehari-hari. Apalagi bila dikaitkan dengan isu semangat perang dan damai dalam kancah global.

canda-laga-mancanegara1

boris88

Di luar dugaan ajang eksibisi ini juga diikuti oleh kartunis kawakan kelahiran  tahun1949 dari Serbia. Kartunis bernama lengkap Borislav Stankovic (Stabor) ini pernah menjadi pemenang Golden Medal dalam ajang lomba kartun internasional Candalaga Mancanegara I di Semarang pada 1988. Kartunnya menggambarkan beberapa orang duduk berderet di sebuah bangku. Semua orang tampak serius dan tegang membaca koran TODAY. Hanya ada satu orang di tengah yang tampak tertawa gembira sambil memegang koran TOMORROW. Kartun ini sangat tepat menggambarkan tema lomba saat itu: perdamaian dan optimisme.

borislav-dont

Berbeda dengan semangat perdamaian dan optimisme pada tahun 1980-an, kartun Stabor yang diikutkan dalam eksibisi kali ini justru menggambarkan sisi kelam dan tragik dari trauma perang yang mewarnai suasana hatinya. Serbia pernah menjadi salah satu ladang pembantaian kemanusiaan. Salah satu kartun yang diikutkan dalam eksibisi kali ini menggambarkan seorang tentara perdamaian PBB, mengenakan topi bertanda UN (United Nations), yang digambarkan akan memasuki suatu ruangan. Di pintu ruangan itu terdapat peringatan: Jangan Ganggu (don’t disturb). Rasa penasarannya tak dapat ditahan lagi karena di dalam ruangan terdengar suara yang sangat gaduh. Setelah ia nekad membuka pintu itu, terbelaklah matanya karena di sana terlihat mayat-mayat serdadu dari pasukan berbeda seragam bergelimpangan sementara beberapa pasukan yang masih hidup melakukan baku tembak dengan sengit.

Perang dan damai selalu mewarnai isu global. Sebagaimana kejahatan dan kebaikan, sebagaimana penindasan dan kemanusiaan. Tokoh-tokoh bijak selalu memberikan pesan yang menyejukkan dan menimbulkan harapan: benar memang, di dunia ini selalu ada yang berkecenderungan merusak dan menghancurkan, tetapi di sisi lain juga ada yang selalu rela memperbaiki dan merawat keharmonisan dengan tulus ikhlas.

musa

Kartunis Musa GUMUS dari Turki menangkap ironi itu dengan teknik penyajian yang menggelitik dan estetik. Ia tidak melakukan perlawanan secara frontal. Ia hanya menggambarkan bagaimana sebuah penindasan dapat terjadi antara pihak satu kepada pihak lainnya dalam suasana yang seolah lembut dan “damai”.  Meski sesungguhnya itu adalah ironi kemanusiaan yang kejam, dingin dan menakutkan.

Kartunis-kartunis dari berbagai negara lain seperti: Algeria, Argentina, Austria, Azerbaijan, Belgia, Brasil, Bulgaria, Kanada, China, Kroasia, Cyprus, Kuba, Republik Czech, Mesir, Perancis, Yunani, India, Iran, Israel, Kosovo, Macedonia, Maroko, Myanmar, Palestina, Polandia, Romania, Rusia, Spanyol, Syiria, Thailand, Ukraina, Uruguay, Uzbekistan dan lainnya juga menghadirkan aneka opini, gelitikan yang menyentil sekaligus menghibur.

Lomba Kartun Internasional

Ajang eksibisi kartun internasional sebenarnya tergolong sebagian event saja dari perhelatan yang lebih besar dan serius, yaitu lomba kartun internasional. Setelah Kanada, Amerika Serikat dan Jepang yang sebelumnya pernah menggebu sebagai penyelenggara kartun internasional bergengsi, kini surut dari perhelatan ini. Digantikan Iran dan Turki, yang tampaknya sedang menapaki tangga kemoncerannya. Bulgaria dan Belgia pernah menjadi negara penyelenggara lomba humor, kartun dan seni rupa lucu tingkat internasional yang berwibawa. Bahkan memiliki kesejarahan yang panjang. Namun kini isunya kurang bergaung lagi.

Iran dan Turki kini ambil bagian. Turki dengan tradisinya yang bernas telah menancapkan kredibilitas dan kehormatan yang mengesankan. Iran tak mau kalah dalam ambil bagian. Makin lama makin solid sepak terjangnya. Menariknya lagi, apa yang terjadi di Iran justru di luar dugaan banyak pihak. Itu terjadi karena pemerintah Iran menopang secara menyeluruh semua pembiayaan untuk menyelenggarakan lomba kartun internasional yang setiap event-nya mengeluarkan hadiah untuk para pemenang hingga puluhan ribu dollar AS. Tercatat hadiahnya paling tinggi dan paling bergengsi di antara negara-negara penyelenggara lomba sejenis lainnya.

Tak aneh bila untuk keperluan itu pemerintah perlu mengagendakan secara tetap dan berkesinambungan pembiayaan lomba itu pada “APBN” setiap tahunnya. Pada akhirnya meski Iran kena embargo, dengan kartun negeri ini mampu menyapa dan merangkul kartunis dari berbagai negara di dunia, termasuk negara yang menerapkan sanksi embargo padanya. Dengan kartun pula Iran mampu merawat kebertetanggaan dan pergaulan budaya antarnegara dalam citra yang positif dan strategis.

Pertanyaannya, mungkinkah Indonesia menuju ke sana?

Darminto M Sudarmo, Pemerhati Humor.

Leave a Reply