JAKARTA, IHIK3 – Perasaan enggan menggunakan humor karena khawatir menurunkan wibawa nampaknya akan memasuki babak baru. Pernyataan itu secara resmi telah dipatahkan di Prof. Dr. Djajusman Auditorium & Performance Hall, Campus B, STIKOM LSPR pada tanggal 22 Maret 2018 lalu. Puluhan Dosen dari perguruan tinggi seperti STIKOM London School of Public Relations, Universitas Padjajaran, Universitas Islam Jakarta, STIKOM InterStudi, Universitas Bakrie, Universitas Ibnu Chaldun dan tidak ketinggalan peserta umum dari non lembaga pendidikan hadir dalam acara Teaching with Humor. Institut Humor Indonesia Kini, sebagai lembaga yang mempunyai kepedulian besar terhadap humor, mencoba berkontribusi kepada dunia pendidikan tanah air melalui training Teaching with Humor, yang dalam pelaksanaan batch 2 kali ini bekerjasama dengan STIKOM London School of Public Relations (LSPR) dan London School Academy (LSA). Hasil dari acara ini mengindikasikan bahwa kebutuhan akan humor di dalam ruang ajar memang penting.

Sebagai gambaran situasi yang sering terjadi di dalam kelas, adalah ketika mahasiswa hanya hadir sebagai bentuk pertanggungjawaban memenuhi kuota absensi sebagai prasyarat ujian tengah semester atau ujian akhir semester. Hal ini tentu tidak sejalan dengan tujuan kehadiran Dosen pada setiap pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, karena yang dibutuhkan bukan hanya sekedar kehadiran akan tetapi juga perhatian serta konsentrasi yang berujung dengan pemahaman mahasiswa atas materi kuliah. Sudah menjadi rahasia umum bahwa meskipun mata para mahasiswa ke depan, belum tentu perhatiannya juga ke depan. Pada saat inilah humor seharusnya hadir untuk menarik perhatian mahasiswa dan membuat mereka kembali konsentrasi pada materi yang disampaikan dosen. Sehingga humor berperan penting dalam komunikasi antara mahasiswa dengan Dosen.

Keseruan training ini sudah terlihat dari sebelum acara dimulai karena para trainer sudah diajak berdiskusi colongan oleh para peserta dan ini tentunya menjadi insight yang menarik untuk dibahas dalam paparan. Dalam pelaksanaan kali ini, Maman Suherman sebagai pembicara pertama memaparkan pentingnya literasi saat mempersiapkan humor dalam materi ajar lewat prinsip 5 R yaitu; Read, Research, Reliable, Reflecting dan R=(W)rite. Prinsip yang diadaptasi dari prinsip jurnalistik 5 W 1 H ini akan memudahkan para Dosen untuk dapat menggunakan humor di dalam materi ajar mereka. Di sesi pendalaman humor, Maman Suherman juga menyodorkan salah satunya buku “Mati Ketawa Cara Slavoj Zizek” (seorang filsuf asal Slovenia yang dijuluki “Bedebah kelas dunia” oleh slate.com)

sebagai referensi penggunaan humor dalam materi ajar. Sesi tanya jawab dengan Kang Maman juga berlangsung meriah dengan banyaknya peserta yang bertanya. Paparan Literasi Humor ini diakhiri dengan makan siang bersama namun diskusi tetap berlanjut dalam kelompok kecil.

Di paruh kedua training, Novrita Widiyastuti dan Yasser Fikry dari Ihik3 memulai paparan dengan banyaknya keengganan para Dosen untuk menggunakan humor di dalam materi ajarnya. Hal ini wajar saja karena target seorang dosen adalah menyampaikan materi ajar dan bukanlah berhumor. Ditambah lagi, ada kekhawatiran jika seorang dosen berhumor, akan berimbas terhadap menurunnya wibawa dosen tersebut di mata mahasiswa. Hal ini bisa saja terjadi jika seorang pengajar terlalu berlebihan menggunakan humor di dalam materi ajarnya. Dalam sesi ini, Novrita dan Yasser menyampaikan kapan sebaiknya humor digunakan dan humor seperti apa yang sebaiknya digunakan supaya kesan garing alias tidak lucu bisa dihindari. Berbagai formula juga ditawarkan agar bisa membuat kisah lucu berdasarkan pengalaman pribadi ataupun menggunakan anekdot yang sudah ada, namun diceritakan kembali dengan versi sendiri. Tidak ketinggalan, dipaparkan pula etika berhumor di dalam lingkungan kelas atau kampus. Acara hari itu ditutup dengan penampilan 5 orang peserta yang mencoba menulis dan menyampaikan cerita lucu yang mereka miliki; yang disambut dengan gelak tawa dan tepuk tangan meriah dari para peserta lain.

Acara tanggal 22 Maret 2018 kemarin memang sangat berkesan, mengingat para peserta yang hadir punya keinginan kuat untuk mengetahui bagaimana bisa mengkomunikasikan materi ajar mereka dengan menggunakan humor. Dan kedepannya, harap diingat bahwa lucu bukan lagi monopolinya komedian, karena semua orang punya hak yang sama di mata humor termasuk para Dosen… salam ihik ihik ihik (YaF)

Leave a Reply