“Humor, sebagai energi budaya, ia tidak hanya berkaitan dengan canda tawa dan hiburan belaka; humor, juga—terutama—berkaitan dengan tradisi berpikir beda, berpikir kritis, berpikir kreatif, yang sentilan-sentilan dan sengatannya menyentakkan manusia ke sudut perenungan, pembelajaran bahkan penyadaran. Dan semuanya tertib dalam logika, luruh dalam estetika.”
Pada 2008 seorang blogger dan pegiat humor Bambang Haryanto bersama sejumlah rekan pernah menginisiasi tanggal 30 Desember sebagai Hari Humor Indonesia, dengan pertimbangan hari itu bertepatan dengan hari wafatnya Gus Dur. Dalam perjalanannya, pilihan tanggal itu kurang mendapat sambutan masyarakat, sehingga senyap dan berlalu begitu saja.
Karena itu, pada Selasa (7/9) lalu, para sesepuh humor di antaranya KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus), Jaya Suprana dan beberapa lainnya, setelah beraudiensi dengan masyarakat pencinta humor dan mendapat dukungan yang penuh antusias dari Perhimpunan Pencinta Humor (Pertamor) dan Institut Humor Indonesia Kini (IHIK3), membulatkan tekad untuk menetapkan (lewat proklamasi versi Inaya Wahid) bahwa Hari Humor Nasional jatuh pada tanggal 7 September. Bertepatan dengan tanggal kelahiran Gus Dur atau KH Abdurrahman Wahid.
Gus Dur dan Humor
Mengapa Gus Dur dikaitkan dengan humor? Bahkan ia disebut sebagai salah satu sosok yang merepresentasikan humor itu sendiri. Dan, mengapa bukan para tokoh lawak yang di sana banyak bertabur gelak dan tawa?
Banyak yang belum menyadari bahwa seni lawak adalah bagian kecil saja dari seni humor yang luas tiada tara itu. Seperti halnya seni kartun, pembicara lucu, sandiwara komedi, tari, pantomim, musik humor, tari humor, film humor dan sebagainya adalah anak derivasi dari induk seni humor.
“Humor, sebagai energi budaya, ia tidak hanya berkaitan dengan canda tawa dan hiburan belaka; humor, juga—terutama—berkaitan dengan tradisi berpikir beda, berpikir kritis, berpikir kreatif, yang sentilan-sentilan dan sengatannya menyentakkan manusia ke sudut perenungan, pembelajaran bahkan penyadaran. Dan semuanya tertib dalam logika, luruh dalam estetika,” demikian pernyataan IHIK3 dalam keterangan tertulisnya.
Humor dalam diri Gus Dur, setidaknya merefleksikan itu. Potensi dan kompetensi yang berlapis-lapis dan bersayap-sayap itu. Proklamasi Hari Humor Peringatan Hari Humor Nasional pertama akan dibuka dan dirayakan oleh sesepuh Humor Nusantara KH Ahmad Mostofa Bisri atau lebih akrab disapa Gus Mus, juga dihadiri oleh Prof Mahfud MD, sebagai saksi peristiwa bersejarah, sosok y ang dekat dengan Gus Dur, dan Jaya Suprana, inisiator berbagai event unik langka, yang akan memandu acara dengan gayanya yang khas, dan menurutnya dijamin “kacau balau”.
Salah satu yang lebih tak terduga, Putri Gus Dur, Inaya Wulandari Wahid atau Inaya Wahid membacakan teks Proklamasi Hari Humor Nasional hasil kreasinya sendiri. Inaya dikenal sebagai salah satu sosok yang cenderung mewarisi bakat ayahnya dalam hal olah kejutan dan kejenakaan.
Dalam kesempatan langka itu, diumumkan para peraih penghargaan khusus yang merupakan persembahan kepada masyarakat; yaitu: peraih Anugerah Sibarani dalam bidang seni kartun; Anugerah Arwah dalam bidang seni tulis humor; dan Anugerah Suprana dengan peraih sebanyak dua orang, dalam bidang seni meme atau video.
Momentum yang sudah lama diidamkan tersebut semoga diharapkan dapat terwujud dengan lancar dan menggembirakan. Sedikitnya dapat mengurangi ketegangan dan kesumpegan yang ada.
Menurut Novrita Widiyastuti, CEO IHIK3, “Di masa pandemi yang membuat banyak orang stres, humor bisa menjadi vaksin bagi kesehatan mental dan mengurangi ketegangan yang terjadi saat stres. Untuk itulah Indonesia harus memiliki Hari Humor Nasional untuk merayakan humor sebagai hal yang seharusnya melekat di hati setiap rakyat Indonesia.”
Event ini diselenggarakan kerja bareng antara Pertamor (Perhimpunan Pencinta Humor) dan IHIK3 (Institut Humor Indonesia Kini).
Tiga Anugerah Hari Humor Nasional (HHN):
Anugerah Sibarani dalam bidang kartun mendapatkan hadiah Sertifikat dan uang Tunai 10 juta rupiah, diraih oleh Jitet Koestana dengan karya kartun Jembatan Buku.
Anugerah Arwah dalam bidang seni tulis humor, mendapatkan hadiah Sertifikat dan uang Tunai 10 juta rupiah, diraih oleh Martin Suryajaya dengan karya novel Kiat Sukses Hancur Lebur.
Anugerah Suprana dalam bidang seni meme/video humor mendapatkan hadiah Sertifikat dan uang Tunai 10 juta rupiah untuk dua peraih penghargaan; jadi masingmasing mendapatkan Sertifikat dan uang tunai sebesar 5 juta rupiah. Peraih video humor 1: Anto Sugiharto dengan video Bohemian Rhapsody versi Jowo. Peraih video humor 2: Nurlela Yusup / Tante Lala dengan video Belajar Pancasila.
Mekanisme pemilihan dan eksekusi untuk periode ini, mengingat “situasi yang kondisi” pemilihan dilakukan secara senyap, meski pengamatan dan penilaian tetap dengan mempertimbangkan aspek-aspek normatif untuk karya humor pada umumnya; yaitu dengan melakukan observasi dan investigasi yang dilakukan sejak lama, seperti kaidah yang berkaitan dengan: kebaruan (kejutan, keunikan, kelucuan, kedalaman pesan, dll) juga kredo dan integritas-profesionalitas.
http://www.harnas.co/2021/09/09/ihik3-gagas-7-september-hari-humor-nasional