HumOr No. 26/23 Oktober-12 November 1991 (Hasil Perburuan)
Wawancanda Emha Ainun Nadjib: Saya Memang Jago
Tak ada Emha Ainun Ajaib, Emha Ainun Nasib pun jadilah. Itu kata pepatah plesetan versi HumOr. Plesetan lainnya banyak sekali. Kalau sudah mau melucu, lelucon Emha memang khas dan unik. Ibarat menyodorkan kendi isinya sirup. Ibarat menyodorkan langit, isinya bioskop. Itulah Emha Ainun Nadjib.
Sketsa Betawi
Firman Muntaco: Hampir Benjol
Budayawan dan humoris Betawi yang satu ini, punya cara tersendiri dalam melihat Jakarta. Gaya berceritanya yang kocak dan tangkas, sungguh gurih dan renyah.
Sawungkampret
Dwi Koen: Warok Surobongsang 2
Ario Togog dipecat JP Coen tanpa pesangon. Dia memperingatkan Surobongsang agar menghindari jagoan Betawi Sawungkampret. Ni Woro Sendang merasa ngeri mendengar nama warok itu. Batavia heboh. Semua yang pakai hitam-hitam, ditangkap, termasuk Surobongsang dan Tan Ping Pong. Apa hubungan Surobongsang dan Sawung?
Zaman Edan
Permadi: Empu Bule vs Empu Jawa
Yang tidak mungkin menjadi mungkin, maka dipertemukan tokoh abad ini, Alvin Toffler dengan tokoh hebat berabad-abad lalu, Prabu Joyoboyo dan Pujangga Ronggowarsito. Sama-sama tukang ramal, walaupun yang satu mempergunakan kecanggihan abad ini dan yang lain berdasarkan intuisi.
Putu Wijaya: Kiat Menghadapi Seniman
Mengatur seniman adalah pekerjaan yang sia-sia. Mencoba untuk mengajak seniman kompromi namanya goblok. Seniman adalah pemberontak-pemberontak yang lidahnya sangat tajam. Kalau mau mengatur/melawan seniman jangan pakai jalan frontal. Cari jalan zig-zag. Jadikan mereka teman. Lho, kok enak?
Eksegosip
Prasanti: Beladiri Kaum Muda
Justru yang begitu itu yang pengecut. Karena lawannya jelas, cuma satu. Kalau kami sekarang lawannya tidak bisa diduga. Mungkin dua, tiga atau sepuluh. Ini penting untuk latihan manajemen. Kata Papa, strategi menghadapi saingan sama saja dengan menghadapi lawan berkelahi!
Dan banyak lagi rubrik menarik lainnya….