Arya Brajadenta Humoria Indonesia—
https://www.humoria.id/2021/12/silakan-tertawa-indonesia-bukan-korut.html?m=1
Jakarta, Humoria – Menutup akhir tahun 2021, Institut Humor Indonesia Kini (IHIK3) dan Humoria.id menginisiasi sebuah kegiatan untuk mengingatkan banyak pihak terkait kondisi emosional bangsa ini.
Bagaimana tidak, setiap hari kita disuguhi oleh “parade kemarahan” serta “festival hujatan” yang seolah menjadi makanan sehari-hari. Bagi IHIK3 dan Humoria, ini penting agar masyarakat luas segera diberikan alternatif pemikiran dan bukan hanya dijebak dalam kondisi yang penuh dengan aura negatif.
Digelar secara hybrid pada Senin 21 Desember 2021 di Ke:kini Ruang Bersama, jalan Cikini Raya No. 45, Jakarta Pusat, acara yang digagas IHIK3 dan Humoria berlangsung santai tapi serius.
Mengusung tema “Indonesia Darurat Humor?”, IHIK3 dan Humoria–dua lembaga yang sama-sama memiliki misi untuk menyebarkan humor di tanah air—merasa Indonesia butuh alternatif pemikiran untuk mempertebal imun tubuh menghadapi pandemi yang berkepanjangan.
Maman Suherman, Dedy “Miing” Gumelar, dan Pandji Pragiwaksono sebagai pelaku humor hadir memberikan pandangannya terkait tema tersebut diatas.
“Kalau ketersinggungan terjadi dari dulu sampai sekarang. Jadi sebenarnya, selama di dalam diri orang masih ada rasa, maka akan selalu bersinggungan. Biarlah kita yang mengkomunikasikan agar mereka mengerti. Moga-moga. Nggak pengen darurat komedi atau humor ini berkepanjangan biarlah itu tanggung jawab kami yang ada di sini, yang pengen bikin orang lain tertawa,” kata Pandji
Senada dengan Pandji, komedian senior yang juga pentolan Bagito, Miing, memiliki sudut pandang yang sama.
“Saya tidak ingin kata darurat humor dilestarikan. Kita bebaskan dengan kemerdekaan yang esensial. Maka bebaskan berhumor dengan pranata yang mengatur kita sendiri. Humor tidak akan mencapai obyektif apabila tidak memenuhi fungsinya, waktunya, dan arah kontennya. Menghibur dan mencerahkan. Mendidik dan menginformasikan. Marilah kita berhumor secara merdeka, bebas, tapi bukan berarti kita bebas nilai dan kita tidak melawak di ruang hampa,” kata Miing.
Pemerhati humor, Maman Suherman, yang biasa disapa Kang Maman, juga sepakat bahwa humor memang harus selalu ada di tengah masyarakat. Komedian, siapa pun mereka, punya fungsi penting untuk menghibur banyak orang.
“Kami datang untuk orang tertawa, kami datang bukan asal ngomong, kami datang untuk mencerahkan, membawa cahaya. Buka mata, buka telinga, dan buka hati. Tertawalah, maka cahaya hati akan masuk lewat lubang di dirimu saat kamu tertawa. Jadi, tertawa merdeka, merdeka tertawa,” kata Kang Maman.
Ketiganya pun memastikan bahwa Indonesia bukanlah Korea Utara dan tidak akan pernah menjadi seperti Korea Utara, yang melarang warganya untuk bahagia dengan tertawa.
Sejak 17 Desember lalu, selama sebelas hari, warga Korea Utara memang dilarang menunjukkan ekspresi kebahagiaan, seperti tertawa dan meminum alkohol. Aturan ini diberlakukan sebagai masa berkabung, mengenang sepuluh tahun kematian Kim Jong Il, ayah pemimpin Korut, Kim Jong Un. Saat peringatan kematian Kim Jong Il ini, warga Korut dilarang berbelanja bahan makanan apa pun.
“Selama masa berkabung, kita tidak boleh minum alkohol, tertawa, atau melakukan kegiatan rekreasi,” kata seorang warga Korea Utara kepada Radio Free Asia (RFA).
Bahkan, lanjut warga tersebut, jika ada anggota keluarganya yang meninggal dunia selama masa berkabung, mereka tidak boleh menangis dengan keras dan jenazahnya harus segera dibawa keluar.
“Orang-orang bahkan tidak dapat merayakan ulang tahun mereka sendiri bila tanggal lahir mereka jatuh dalam masa berkabung,” sambungnya.
Penghargaan Tokoh Indonesia 2021
Pada kesempatan yang sama, digelar pula penghargaan bagi tokoh-tokoh yang dianggap berkontribusi bagi dunia Humor Indonesia. Penghargaan tersebut mencakup Jenaka Kata, Jenaka Laku, dan Jenaka Pikir.
Jenaka Kata diberikan pada tokoh yang punya kontribusi penting dan secara jujur menyampaikan pendapatnya dengan menggunakan pendekatan humor. Peraih penghargaan Jenaka Kata adalah seniman komedi asal Yogyakarta, Butet Kertaredjasa.
Jenaka Laku diberikan bagi tokoh yang dengan sadar berperilaku dalam bentuk kontribusi konten komedi dengan melibatkan komedian, padahal bukan berasal dari kalangan Komedian. Peraih penghargaan Jenaka Laku diberikan kepada Basuki Surodjo.
Jenaka Pikir diberikan kepada sosok yang secara aktif menyampaikan pikiran-pikirannya dengan cara jenaka sehingga memicu komunikasi positif serta mengurangi pandangan negatif. Penerima penghargaan ini dalah Alm. KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
(Dian Wahyudi)