Menyegarkan Ruang Kelas Lewat Aroma Humor

Jakarta, Humoria – Setiap pengajar, baik guru atau dosen, tentu punya metode mengajar yang tak sama. Ada yang serius, tak sedikit pula humoris. Dari banyak tipe, pengajar humoris lebih disukai karena suasana belajar menjadi menyenangkan, tidak membosankan. Humor menjadi bumbu, yang tidak menghilangkan esensi keseriusan dalam proses pembelajaran. Tanpa humor, ruang kelas ibarat kanebo kering, terasa kaku.

Dalam workshop yang digelar online pada pekan terakhir Februari lalu, Insititut Humor Indonesia Kini menjabarkan pentingnya konsistensi berhumor saat mengajar agar tone di kelas tidak ambigu alias tidak jelas.

Setidaknya, menurut IHIK3, ada tiga alasan kenapa konsistensi berhumor saat mengajar itu penting. Pertama, konsistensi termasuk rambu umum berhumor. Selain perlu menghadirkan humor bernuansa positif dan kontekstual, pengajar juga perlu konsisten. Pengajar harus punya stamina, sehingga tak kehabisan bahan untuk menebar humor sehingga ruang kelas jauh lebih menyenangkan.

Kedua, tanpa konsistensi, murid akan bingung. Konsistensi berhumor penting dalam dunia pendidikan karena bisa memengaruhi persepsi peserta ajar terhadap pengajarnya. Contohnya begini. Bila sebelumnya pengajar menggunakan humor saat mengajar dan berhasil memeriahkan suasana, tapi di hari berikutnya lebih lebih banyak pasif dan murung, peserta ajar akan bingung. Ketidakonsistenan ini akan membuat pengajar kehilangan daya tarik.

Maka yang ketiga, hindarilah absen berhumor saat mengajar. Bukan apa-apa, belajar tanpa humor akan menciptakan jarak antara pengajar dan peserta ajarnya dalam berkomunikasi. Padahal, peran humor dalam dunia pendidikan salah satunya adalah memperpendek, bahkan menghapus sekat antara guru dan murid atau dosen dan mahasiswa.

Tapi, bagaimana caranya agar humor yang dibawa pengajar bisa diterima, mengingat peserta ajar punya persepsi berbeda tentang hal yang dianggap lucu?

Mengatasi Kesenjangan Selera Humor

Menurut dosen Institut Komunikasi dan Bisnis London School of Public Relations (LSPR), yang juga aktif sebagai Humor Justice Warrior–pelesetan Social Justice Warrior–Novrita Widiyastuti, satu hal penting yang harus dipegang para pengajar adalah mengenal dan memahami audiens, dalam hal ini bisa murid, mahasiswa, atau siapa pun dalam lingkup proses belajar dan mengajar. Mengenal audiens menjadi amat penting untuk menghindari adanya kesenjangan selera humor.

“Untuk mengatasi kesenjangan selera humor, menurut penelitian, jokes bapak-bapak adalah jokes paling aman untuk dipakai,” kata Novrita.

Bila ditelaah lebih jauh, memilih jenis humor untuk pembelajaran memang tak susah-susah gampang. Dikatakan mudah, karena humor selalu tersedia di sekitar kita. Kemudahan akan bertambah bila pegajar memiliki sanse of humor yang cukup tinggi. Dikatakan sulit bila pengajar tidak dapat memilih humor yang tepat dan sesuai dengan keadaan.

Pemilihan humor untuk pembelajaran harus mempertimbangkan berbagai komponen. Ada beberapa bentuk humor yang bisa digunakan dalam pembelajaran, antara lain:

1. Karikatur humor
Karikatur humor adalah humor yang dibuat dalam bentuk gambar lucu. Karikatur humor, baik yang memakai kata-kata maupun tidak, jika dilihat akan mengundang tawa. Semakin tinggi tingkat kelucuannya, semakin kuat gambar itu menggelitik orang untuk tertawa.

2. Menceritakan apa yang sudah terjadi
Joke Maker adalah orang yang selalu punya cerita lucu dari pengalaman atau observasinya. Orang lain akan senang berada di dekatnya karena bisa menjadikan tragedi atau sesuatu yang sulit menjadi lebih ringan dengan humor.

3. Desain humor khusus dalam bahan ajar.
Meskipun desain humor khusus dalam bahan ajar belum banyak dilakukan guru di Indonesia, tetapi para pakar asing telah sering mengunakan sisipan humor dalam bahan ajar. Unsur unsur humor dapat saja dimasukkan ke dalam kuis, soal-soal ujian, dan contoh-contoh yang dirancang mengandung humor.

Patut diingat, seperti kata dosen Interstudi yang juga Chief Creative Officer Yasser Fikry, selain konsistensi keberanian juga tak kalah penting. “Untuk memulai berhumor dalam mengajar, yang pertama adalah keberanian. Untuk memulai berhumor, gak usah takut untuk gak lucu,” kata Yasser.

(Marrisa Sabrina)

https://www.humoria.id/2022/03/menyegarkan-ruang-kelas-lewat-aroma.html

Copyrights 2019 | IHIK