Ketika Virus Bukan Lagi Ancaman Serius

JAKARTA, IHIK3–Tidak  terasa pelaksanaan “Teaching with Humor” sudah memasuki batch ke-4 di tahun 2018. Tidak terasa virus humor sudah mulai menginfeksi kalangan pendidik demi meningkatkan kadar perhatian peserta ajar kepada pengajar. Virus humor di sini memang bukan golongan parasit mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis, akan tetapi virus ini bekerja bak vitamin penambah tenaga yang menstimulasi seluruh organ tubuh agar dapat menciptakan suasana ajar yang menyenangkan. Tidak berlebihan kiranya jika Ihik3 selaku pihak yang menginisiasi pelatihan ini berharap agar penggunaan humor di kalangan akademik atau  pendidik bisa dilaksanakan secara menyeluruh di dalam sendi-sendi pengajaran di tanah air, sehingga virus yang baik hati ini tidak sekadar fenomena biasa yang berdiam di dalam bangunan hiburan semata.

Pelatihan yang merupakan hasil kerjasama antara Institut Humor Indonesia Kini (Ihik3) dan LPPM STIKOM InterStudi ini diselenggarakan pada tanggal 24 November 2018 lalu dengan peserta beragam. Peserta mulai dari dosen, guru sampai kalangan profesional; dari Jakarta, Cikarang hingga Jogjakarta. Hal ini membuktikan bahwa kebutuhan humor di ruang ajar sudah menjadi kebutuhan.

Pelatihan diawali dengan pemberian materi oleh Kang Maman Suherman, seorang pegiat literasi yang tak pernah henti menyuarakan cinta literasi agar kita tak enggan membuka cakrawala dengan banyak membaca. Memperkaya diri dengan membaca adalah bagian penting dari kekuatan materi ajar juga materi humor, tentunya tidak hanya literatur yang berkaitan dengan materi ajar akan tetapi juga literatur pendukung lain supaya ragam pandangan tadi memperkaya materi ajar. Banyak contoh yang diberikan terkait humor termasuk sosok Slavoj Zizek (filsuf pencinta humor), ketika mencoba mengkaitkan humor dengan kehidupan sehari-hari dan kaitannya dengan bidang yang digeluti Zizek yaitu filsafat.

Setelah dipotong istirahat untuk sholat dan makan siang, pelatihan dilanjutkan dengan apakah humor itu. Hal ini penting disampaikan di awal, agar peserta menyadari bahwa ternyata humor mendulang definisi beragam dari para ahli, dari pro dan kontra sampai mengganggap humor adalah hal yang destruktif. Artinya, ketika kita berjumpa dengan humor, berharaplah untuk tidak menganalisa karena begitu kita menganalisa, humor akan pergi meninggalkan kita dalam bisu dan nestapa. Langkah berikutnya yang tidak kalah penting adalah mencoba mengukur rasa humor kita lewat pendekatan “Six Level of Humor”, alat ukur ini membantu melihat posisi level humor kita agar tahu tindakan apa yang harus dilakukan jika ingin menggunakan humor di dalam kelas. Bagaimana bisa mengawali penggunaan humor dalam kegiatan belajar mengajar?

Tentunya persiapan, seperti ada pepatah latin yang mengatakan “qui ascendit sine labore, descendit sine honore” yang artinya siapa yang naik tanpa kelelahan, akan turun tanpa kehormatan. Pepatah itu menuntut bahwa siapapun harus mau berlelah-lelah untuk memulai mempersiapkan diri. Persiapan yang paling mendasar ketika masuk ke humor adalah mulai dengan mengapresiasi humor dengan cara mulailah tertawa jika melihat hal yang lucu karena faktanya banyak orang yang enggan tertawa karena coba menganalisa serta mempertanyakan kejadian lucu yang ada di sekitarnya.

Sesi terakhir adalah diskusi yang mendulang banyak pertanyaan, sebagai bentuk rasa penasaran terhadap humor dari para peserta. Setelah itu acara ditutup dengan penampilan peserta yang coba mempraktikkan kemampuan berhumor di depan peserta lain, yang materinya telah ditulis terlebih dahulu, dan menjadi kebahagiaan kami ketika melihat keberanian para peserta untuk mencoba hal baru guna menampilkan humor dalam ruang ajar. Catatan menarik dari pelatihan hari itu adalah Virus Humor dalam dunia akademik sebuah keniscayaan, karena jika dunia Pendidikan adalah Tubuh Manusia maka Virus Humor adalah Parasit Mikroskopik yang dirindukan. Salam ihik ihik ihik… (YaF)

Copyrights 2019 | IHIK